Smart Pedagogy
Perubahan dalam kebijakan Pendidikan di Indonesia saat ini begitu dinantikan sehubungan dengan pergantian pimpinan dan tentunya hal tersebut patut disambut dengan baik karena kondisi Pendidikan kita saat ini yang semakin terpuruk jika melihat peringkat PISA Tahun 2018 yang semakin menurun dan patut untuk dilakukan perubahan secara keseluruhan meskipun tidak semua komponen dalam dunia Pendidikan dapat menerima perubahan.
Salah satu yang perlu dilakukan dalam membawa perubahan adalah dalam hal pedagogy. Dalam perkembangan dunia yang semakin cepat saat ini tentunya berdampak dalam seluruh bidang kehidupan manusia termasuk dunia pendidikan karena itu pedagogy juga mengalami berbagai perubahan seperti dengan munculnya digital pedagogy, social pedagogy, critical pedagogy, culturally responsive pedagogy, dan beberapa jenis pedagogy yang sudah banyak diterapkan oleh pendidik di seluruh dunia.
Di Abad 21 ada skill yang harus dikuasai peserta didik sebagai bekal kehidupan mereka di masa mereka yaitu Critical thinking & Problem Solving, Communication, Collaboration, Creativity. Selain 4 skill tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menambahkan 2 hal yang perlu peserta didik kuasai yaitu Compassion & Competition.
Dari skill yang perlu dikuasai tersebut tentunya kita tidak dapat lagi hanya dengan mengandalkan pedagogy konvensional yang diterapkan saat ini tetapi para pendidik perlu melakukan perubahan, dan dari pengalaman penulis, riset, dan sharing dengan tenaga pendidik maka penulis mencoba membuat pedagogy yang disebut dengan Smart Pedagogy.
Smart Pedagogy pada dasarnya bertujuan untuk melatih peserta didik untuk berpikir Critical thinking & Problem Solving (berpikir kritis & memecahkan masalah) karena menurut penulis hal tersebut merupakan poin utama dari semua skill yang mereka perlu kuasai di masa yang akan datang atau dengan kata lain.
Critical Thinking & Problem Solving merupakan dasar dari skill lain. Peserta didik yang telah mampu berpikir kritis akan mampu berkomunikasi dengan baik dan terstruktur dan tidak hanya akan berbicara tanpa ada makna dari komunikasi yang dilakukan. Peserta didik akan mampu memilih dengan tepat kepada siapa dia perlu berkolaborasi dan dalam hal apa, bagian mana, dan apa peran dia dalam sebuah kolaborasi.
Untuk memunculkan kreativitas tentunya dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, dengan mampu berpikir kritis maka siswa akan mampu memunculkan kreativitas, potensi dan kompetensi yang ada didalam dirinya sehingga dengan sendirinya akan muncul rasa empathy dengan lingkungannya dan peserta didik akan lebih siap dalam berkompetisi dengan sekelilingnya.
Penerapan Smart Pedagogy
Pendidik dapat memberikan suatu contoh kasus yang terjadi di sekitar lingkungan mereka atau misalkan masalah yang sedang popular saat ini seperti resesi ekonomi yang terjadi di beberapa negara. Minta peserta didik menganalisa mengapa hal tersebut dapat terjadi dan apa dampaknya bagi Indonesia di masa yang akan datang serta negara mana yang paling merasakan dampak dari resesi ekonomi? Peserta didik dapat mencari jawabannya dari berbagai sumber dan menganalisa dalam bentuk kerangka berpikir seperti contoh dibawah ini.
Peserta didik diminta untuk menganalisa dengan memecah-mecah masalah seperti yang tertera dalam kerangka diatas dan pada akhirnya akan menarik sebuah kesimpulan dari hasil mengisi kerangka kerja diatas. Semakin banyak kerangka yang diisi maka peserta didik akan menganalisa lebih dalam dan akan berusaha mencari tahu sumber-sumber informasi untuk mendukung pengisian dari kerangka kerja tersebut.
Dalam mengisi kerangka tersebut dapat dilakukan secara berkelompok sehingga tercipta diskusi antar siswa dan masing-masing akan belajar antara satu dengan yang lain di dalam satu kelompok. Guru harus dapat memfasilitasi sumber-sumber informasi yang dapat membantu siswa serta mengarahkan siswa untuk mengisi kerangka kerja supaya lebih terarah hingga di dapat sebuah kesimpulan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh Guru.
Kesimpulan yang didapatkan oleh setiap kelompok siswa dipresentasikan di depan teman-teman mereka yang lain sehingga kelompok yang satu dengan kelompok yang lain akan saling menerima masukan-masukan akan temuan-temuan yang didapat dari mengisi kerangka berpikir yang telah diisi oleh setiap kelompok peserta didik.
Guru dapat membuat kerangka berpikir sesuai dengan kebutuhan sehingga Guru juga dituntut untuk mampu berpikir kritis akan seberapa dalam siswa menganalisa dari kasus yang Guru berikan kepada peserta didik dan tentunya untuk memulai proses ini Guru diminta membuat studi kasus yang kreatif sehingga mampu memunculkan daya analisa dari peserta didik dan mereka mampu untuk berpikir secara mandiri tanpa harus disuapin dan dijejali dengan berbagai informasi yang hanya bersumber dari Guru saja.
Add Comment