Heutagogy Dalam Dunia Pendidikan Indonesia

24 February 2020 Articles, Edutech, News

Dalam menghadapi berbagai permasalahan dunia Pendidikan di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang melakukan terobosan-terobosan baru khususnya dalam meningkatkan kualitas dari Pendidikan di Indonesia. Harus diakui bahwa tantangan dunia Pendidikan kita saat ini cukuplah berat khususnya dalam mempersiapkan generasi pengganti kita dalam menghadapi masa depan mereka yang penuh ketidakpastian dan karena itu mereka harus disiapkan untuk menghadapi segala kepastian dimasa depan mereka. Salah satunya dengan melakukan perubahan metode-metode pembelajaran di kelas oleh Guru, dimana salah satunya adalah Heutagogy.

Heutagogy dalam dunia Pendidikan memang bukanlah hal baru karena metode ini sudah muncul sejak tahun 2000 yang disampaikan oleh Stewart Hase & Chris Kenyon: Heutagogy is the study of self determined learning and applies a holistic approach to developing learner capabilities with the learner serving as the major agent in their own learning, which occurs, as a result of personal experience.”

Dalam pengertian tersebut peserta didik mampu belajar secara mandiri dan menerapkan pendekatan holistic dalam beberapa situasi belajar, fokusnya harus pada apa dan bagaimana peserta didik belajar, bukan apa yang diajarkan.

Salah satu hal yang paling pokok untuk dilakukan peserta didik adalah bagaimana mereka dilatih belajar untuk belajar (learn how to learn), dengan kata lain peserta didik harus mampu mengeksplorasi atau memperdalam materi apa yang ingin mereka pelajari sesuai dengan apa yang dibutuhkan bukan hanya menerima materi dari Guru semata, dan tentunya fungsi Guru juga berubah dari pengajar menjadi konsultan belajar sehingga ketergantungan peserta didik dengan Guru juga semakin berkurang dan mereka mampu untuk belajar secara mandiri.

Mengapa Heutagogy penting saat ini?. Dengan menerapkan metode ini, diharapkan dapat mengatasi beberapa tantangan dalam dunia pendidikan saat ini seperti:

  • Tenaga kerja membutuhkan pembelajaran seumur hidup dan pembelajar seumur hidup.
  • Siswa perlu belajar cara belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
  • Sekolah tidak bisa mengajarkan semuanya; peserta didik perlu belajar untuk belajar.
  • Lebih banyak lembaga bergerak menuju pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan pendidikan berbasis kompetensi.
  • Masih kurangnya sinergi dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri.

Disamping itu, metode ini selaras dengan kemampuan teknologi saat ini dimana semua orang dapat dengan mudah untuk mencari informasi yang dibutuhkan melalui jaringan yang terkoneksi secara global. Heutagogy juga dapat menunjang untuk pencapaian kompetensi yang dibutuhkan di abad 21 yaitu Critical thinking & Problem solving, Creativity, Communication, Collaboration, Compassion and competition sehingga peserta didik dapat lebih siap dalam menghadapi masa depan mereka yang merupakan dunia baru yang kondisinya pasti akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada saat ini.

Dalam menggunakan metode ini memang sangat dibutuhkan kesadaran siswa akan perlunya belajar dan hal ini mungkin akan menjadi salah satu kendala dalam melaksanakan metode ini dikarenakan peserta didik di Indonesia ini belum sepenuhnya memiliki semangat belajar secara mandiri, oleh karena itu dituntut kreativitas dari para guru dalam menerapkan hal ini khususya dalam melatih siswa dalam belajar untuk belajar, karena itu perlu diperhatikan beberapa prinsip dalam melaksanakan Heutagogy, yaitu :

  1. Melibatkan peserta didik dalam mendesain konten pembelajaran mereka sendiri dan proses sebagai mitra yang setara.
  2. Membuat proses kurikulum fleksibel sehingga pertanyaan dan pemahaman baru dapat dieksplorasi saat jalur neuron baru dieksplorasi.
  3. Gunakan media social/LMS (Learning Management System) untuk jaringan belajar.
  4. Memberikan penilaian yang fleksibel atau dinegosiasikan
  5. Memungkinkan pelajar untuk mengontekstualisasikan konsep, pengetahuan, dan pemahaman baru.
  6. Menyediakan banyak sumber daya dan memungkinkan pelajar untuk mengeksplorasi konten penting.
  7. Percobaan dan penelitian.
  8. Praktik dasar pada ilmu terbaru.
  9. Melibatkan peserta didik dalam pembelajaran kolaboratif.
  10. Membedakan antara pengetahuan dan perolehan keterampilan (kompetensi) dan pembelajaran yang mendalam.
  11. Membantu pelajar mengumpulkan informasi.
  12. Mengenali pentingnya pembelajaran informal dan bahwa kita hanya perlu mengaktifkannya daripada mengendalikannya.
  13. Memiliki kepercayaan pada peserta didik.
  14. Tempatkan anda atas bidang subjek sehingga Anda bisa menjadi sumber daya.
  15. Kenali hal-hal yang dapat menjadi penghambat proses pembelajaran.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut diharapkan akan mampu menerapkan metode ini dengan baik dan akan menambah nilai baru dalam proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Jika hal ini dapat dilakukan oleh Guru di seluruh Indonesia maka program “Merdeka Belajar” akan tercapai karena metode ini sangat membantu peserta didik untuk dapat belajar secara merdeka tanpa dibatasi oleh kurikulum yang sangat baku dan membatasi kreativitas dari Guru dan peserta didik.

Salam Merdeka Belajar.  

Poltak Efrisko Butar Butar

Add Comment