Tantangan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)
Sejak mulai bulan Maret 2020, kegiatan sekolah dilakukan selama PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) dimana semua kegiatan dilakukan secara online atau lebih dikenal dengan belajar dari rumah. Hal ini terpaksa dilakukan demi mencegah penularan virus Covid 19 di sekolah dimana sekolah menjadi salah satu tempat yang sangat rentan dalam penularan Covid 19.
Sejak dimulai PJJ sampai akhir semester dan kemungkinan besar akan dilakukan juga pada tahun ajaran 2020-2021 walaupun di kalender akademik sekolah tanggal 13 Juli merupakan awal tahun ajaran baru tetapi proses pembelajaran akan dilakukan secara jarak jauh atau online terutama di daerah yang belum zona hijau.
Tentunya dalam melaksanakan kegiatan ini tidak lepas dari kendala dan dari beberapa sumber dan media yang penulis perhatikan sejak bulan Maret sampai dengan bulan Juni, ada 5 hal yang menjadi permasalahan utama dalam proses pembelajaran jarak jauh :
- Tugas siswa yang menumpuk
- Jaringan Internet yang kurang mendukung
- Orang tua stress karena tiba-tiba jadi pendidik
- Sulit mengontrol proses pembelajaran yang dilakukan oleh Guru
- Guru yang tidak menguasai teknologi dalam pembelajaran
Memasuki Tahun Ajaran 2020-2021 tentunya kita berharap hal tersebut tidak ada lagi, berikut ini merupakan beberapa usulan atau masukan dari penulis untuk seluruh tenaga pendidik di Indonesia.
Pertama: Kolaborasi mata pelajaran. Kita bisa membayangkan betapa beratnya beban siswa jika semua mata pelajaran diberikan tugas dengan waktu pengumpulan tugas yang hampir bersamaan. Sebagai contoh jika seorang siswa SMP dengan 15 mata pelajaran memberikan tugas di waktu bersamaan, artinya dia harus menyelesaikan 15 tugas dengan waktu pengumpulan yang berdekatan. Tentunya ini akan membebani peserta didik kita. Hal ini sebenarnya bisa disikapi dengan kolaborasi mata pelajaran sehingga dari 15 mata pelajaran itu hanya menjadi 3 tugas.
Contohnya mata pelajaran Matematika, Fisika, Bahasa Inggris, Komputer dan Biologi menjadi satu tugas dalam bentuk project atau dapat dikatakan dengan menggunakan metode Project Base Learning.
Tugas siswa ini juga bisa diberikan perkelompok sehingga peserta didik juga melakukan kolaborasi dengan rekannya dalam menyelesaikan tugasnya yang tentunya akan mengurangi beban siswa dalam melaksanakan proses belajar dari rumah. Untuk penilaian diserahkan kepada Guru yang mengampu mata pelajaran tersebut sesuai dengan rubrik penilaian yang telah disepakati bersama. Dengan cara ini tentunya peserta didik tidak dibebani dengan tugas yang menumpuk lagi bahkan mereka akan lebih senang dalam melakukan proses pembelajaran.
Kedua: Tidak semua harus terkoneksi dengan internet. Kita sama-sama mengetahui jika dalam dunia pendidikan kita saat ini masih memiliki keterbatasan dalam hal infrastuktur seperti jaringan internet yang tidak merata, oleh sebab itu para pendidik juga harus lebih kreatif dalam menyikapi hal tersebut.
Gunakan internet sesuai kebutuhan dengan jadwal yang telah ditentukan, jadwalkan waktu yang terbaik dimana koneksi internet di saat itu berjalan dengan baik, gunakan internet seefektif mungkin, jangan ceramah melalui internet tetapi gunakan internet untuk diskusi dengan peserta didik, atau jika didaerah tersebut memang tidak ada jaringan internet maka Guru dapat mengirimkan/mengantarkan tugasnya kepada peserta didik sehingga ada waktu untuk berinteraksi dengan peserta didiknya secara langsung walaupun dengan waktu relatif singkat.
Ketiga: Tutorial dan instruksi yang jelas. Tidak semua orang tua memiliki kemampuan untuk mendidik walaupun terdidik, oleh karena itu apa yang disampaikan oleh Guru kepada peserta didik dibuat sejelas mungkin sehingga mudah dimengerti oleh orang tua dan peserta didik.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan dengan membuat content atau materi yang menarik dan tidak hanya dalam bentuk tulisan tetapi bisa juga dalam bentuk video, ataupun dalam bentuk media lain sehingga orang tua dan peserta didik dapat memahami materi dan instruksi dengan jelas bahkan jika diperlukan peserta didik dapat memahami materinya tanpa bantuan dari orang tua.
Keempat: Gunakan Learning Management System (LMS). Dalam mengontrol proses pembelajaran yang dilakukan Guru khususnya bagi kepala sekolah atau yayasan pendidikan dapat menggunakan bantuan dalam hal ini yang tepat adalah LMS. Tahun ajaran 2020-2021 sudah seharusnya semua sekolah memiliki LMS untuk mempermudah mengintegrasikan semua proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah mengingat tahun ajaran di semester 1 ini sebagian besar masih menggunakan proses pembelajaran jarak jauh.
Dengan LMS peserta didik akan mudah untuk mengetahui materi yang harus mereka kuasai selama satu semester, melakukan diskusi dengan rekan mereka atau dengan Guru mereka, Kepala Sekolah akan mudah melihat kegiatan yang dilakukan oleh Guru dan peserta didik dalam satu wadah dan hal lain yang sekiranya dibutuhkan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Kelima: Belajar. Tentunya semua masyarakat di negeri ini diminta untuk belajar kembali dari mulai belajar New normal, belajar bekerja dari rumah sampai belajar dari rumah. Tentunya situasi yang kita hadapai saat ini bukanlah hal yang mudah karena ini baru pertama kali kita alami tetapi kita harus tetap optimis.
Belajar menjadi salah satu langkah untuk tetap optimis terlebih para Guru karena pada dasarnya seorang Guru itu Belajar untuk mengajar. Guru perlu belajar bagaimana berkolaborasi dengan Guru lain, belajar bagaimana menggunakan teknologi dan hal sebagainya.
—
Banyak hal yang perlu kita persiapkan dalam menghadapi tahun ajaran baru tetapi sebagai pendidik kita harus mempersiapkan diri kita dengan baik dan apapun situasi dan tantangan yang ada kita harus tetap optimis dan semangat dalam menghadapinya demi masa depan peserta didik kita.
Salam Merdeka Belajar.
Add Comment