Promosi Hasil Karya Siswa Dengan Web E-Commerce
Di era digital ini semua hal sudah berubah, tidak terkecuali dunia Pendidikan. Mulai dari wadah untuk belajar, media pembelajaran hingga proses belajar. Hal itu menuntut para Guru untuk selalu melakukan pengembangan pada dirinya untuk bisa berinovasi khususnya dalam hal pembelajaran kepada peserta didik.
“Hal itu menjadi pemikiran dasar Bapak Lilik Setiono dan Bapak Agus Hermiyanto selaku Guru TIK Sokrates yang bertugas mengajar Kurikulum Technopreneur di sekolah Stella Duce 1 Jogjakarta.”
Adanya ide untuk pembuatan Website E-Commerce pada awalnya berfikir tentang cara terbaik untuk bisa sharing materi ke peserta didik. Kemudian seiring berjalannya waktu mulailah pandemi, sehingga Pak Lilik dan Pak Agus berfikir bagaimana hasil karya peserta didik bisa tetap ditampilkan. Dan juga mereka melihat tantangan kolaborasi antar mata pelajaran. Yang pada akhirnya dimulai dengan menggunakan Google Site sebagai wadah untuk hasil karya peserta didik. Selain itu hal ini juga untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal publikasi.
Gambar 1: Tampilan Home Web E-Commerce
Disisi lain hal mendasar yang mendorong Pak Lilik dan Pak Agus dalam membuat website ini adalah sebagai bentuk pelayanan agar bisa berkontribusi lebih ke sekolah. Selain itu disisi lain Guru juga secara tidak langsung ingin meningkatkan penggunaan gadget peserta didik secara positif untuk menunjang proses pembelajaran mereka dan ingin mereka bisa memberikan informasi positif daripada hanya sekedar user dari suatu informasi yang bertebaran di dunia maya.
Dengan adanya website ini diharapkan menjadi saran baru dalam menampilkan hasil yang telah dikerjakan oleh peserta didik. Salah satu fokus dalam Kurikulum Technopreneur adalah tentang personal branding, sehingga Guru mencoba mengkaitkan topik tersebut dengan website yang nantinya bisa menjadi tempat mereka melakukan personal branding agar peserta didik mampu membayangkan secara real apa itu personal branding dalam bentuk publikasi. Dan berharap website ini bisa dilihat oleh seluruh stakeholder, serta diharapkan bisa menjadi sarana kolaborasi antar mata pelajaran. Serta biasa menjadi track record portfolio digital dari apa yang telah dilakukan peserta didik.
Gambar 2: Tampilan Menu Peserta (Kelompok hasil Karya)
Menjalankan hal baru tentu tidak semudah seperti yang dibayangkan. Banyak persiapan dan kesiapan yang perlu dilakukan untuk melakukan sebuah inovasi pembelajaran, dalam hal ini adalah Website E-Commerce untuk wadah projek akhir peserta didik.
Beberapa persiapan dan langkah yang dilakukan oleh Pak Lilik dan Pak Agus agar rencana website ini berhasil adalah sebagai berikut:
- Dimulai dari menentukan strategi pembelajaran serta cara melakukannya.
- Setelah itu Guru akan mengkomunikasikan diawal tahun kepada pihak sekolah terkait rangkuman dari goal Kurikulum Technopreneur selama 3 tahun dan menyampaikan rencana yang sudah dibuat.
- Kemudian adanya sedikit modifikasi dari sisi penyampaian materi kurikulum sebagai dasar penyesuaian projek. Yaitu dengan melambatkan tempo pembelajaran untuk memastikan semua peserta didik mampu menyerap materi dengan baik.
- Kemudian Guru memulai materi dengan memperkenalkan dasar personal branding sebelum masuk ke topik utama yaitu Website E-Commerce, hal ini bertujuan untuk memancing motivasi peserta didik.
- Selanjutnya ada pengenalan akun atau website yang akan digunakan.
- Untuk pembuatan menggunakan akun sekolah sebagai bentuk garansi dalam kenyamanan privacy atau personal account untuk proses pembuatan site. Karena semua yang dibuat peserta didik akan di-sharing ke pihak sekolah. Hal ini bertujuan agar personal activity peserta didik tidak tercampur dengan kegiatan sekolah.
- Dan terakhir setelah website berhasil dibuat, makan Guru akan merekap link-nya dan akan diinformasikan ke pihak sekolah agar bisa dimanfaatkan.
Gambar 3: Tampilan Galeri Masing-Masing Kelas
Dalam pelaksanaannya memang tidak semua bisa berjalan dengan mulus, ada kendala yang dihadapin oleh Guru dalam pelaksanaan rencana ini yang pertama dari peserta didik yaitu dalam hal karakter dan lokasi. Tidak hanya beda pulau tapi juga sampai ada yang beda negara. Selain itu ada juga kendala dari sisi sinyal/koneksi. Faktanya apa yang direncanakan dan sampaikan oleh Guru juga tidak semerta-merta langsung diterima oleh peserta didik. Ada beberapa peserta didik yang menolak dan menyarankan media lain selain Google Site karena mereka lebih menyukai media lain. Agar rencana tetap bisa berjalan dan peserta didik tetap bisa mengembangkan potensinya maka Guru tetap meminta kepada peserta didik tersebut untuk membuat website Google Site sebagai dasar dan setelahnya mereka diperbolehkan untuk membuat web dengan media yang biasa mereka gunakan. Kendala lain dari sisi peserta didik adalah kesadaran mereka masih kurang terhadap arah projek yang akan dijalankan sehingga motivasi mereka masih kurang semangat dalam menjalankan. Sehingga guru perlu memotivasi lebih agar mereka lebih antusias.
Kendala kedua dari sisi kolaborasi, sistem kolaborasi antar maple memang tidak mudah apalagi disaat online learning seperti ini. Sempat adanya pertanyaan seputar bagaimana proses kolaborasi online bisa dilakukan. Namun dengan adanya diskusi internal yang intens akhirnya rencana kolaborasi antar mata pelajaran bisa dijalankan.
Semua yang direncanakan oleh Guru tidak lepas dari dukungan oleh berbagai pihak, mulai dari Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah yang sangat mendukung dan memberikan izin untuk berjalannya rencana pembuatan Website E-Commerce yang bisa dijadikan sarana kolaborasi antar mapel. Dari peserta didik juga sangat mendukung adanya projek ini dengan menunjukan antusiasmenya. Orang tua peserta didik juga cukup apresiasi dengan apa yang sudah dilakukan. Bahkan alumni Stella Duce juga mengatakan kepada Guru bahwa apa yang mereka dapat benar-benar terpakai setelah mereka lulus.
Add Comment