Paradigma Belajar Abad Ke-21 Dalam Proses Pembelajaran

05 December 2019 Articles, Edutech, News

Ciri abad  21 sebagai abad informasi, komputasi, otomatisasi, dan Komunikasi tentunya akan berdampak pada perubahan proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh pendidik di kelas atau yang sering disebut paradigma pembelajaran abad 21. Guru dituntut untuk menyesuaikan gaya belajar dengan ciri abad 21 tersebut, jangan sampai Abad 21 tetapi gaya belajar masih abad 20. Bagaimanapun dampak proses perubahan gaya belajar akan sangat dirasakan oleh peserta didik di masa mereka sudah meninggalkan bangku sekolah dan terjun ke dalam dunia sebenarnya.

Berikut ini langkah yang perlu dilakukan oleh Guru dalam paradigma proses pembelajaran Abad 21:

Informasi. Pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong peserta didik untuk mencari tahu bukan diberitahu. Guru tidak perlu lagi memberitahu dengan menceramahi peserta didik dengan informasi yang sebenarnya sudah ada di dalam genggaman mereka tetapi arahkan peserta didik untuk mencari tahu informasi tersebut. Peserta didik akan lebih mudah untuk mengingat materi jika mereka mencari tahu sendiri mengenai materi yang ingin dipelajari dibandingkan dengan diberitahu oleh Guru.

Terkadang Guru lupa bahwa sebenarnya di zaman ini, semua materi yang ada di buku sekolah sudah ada di internet, mereka tinggal mencari saja di internet maka semua informasi yang mereka inginkan dapat segera mereka dapatkan. Contohnya, jika Guru ingin mengajarkan tentang Phytagoras. Guru tidak perlu lagi menceramahi panjang lebar mengenai phytagoras tetapi biarkan mereka mencari sendiri mengenai hal tersebut dan ketika di kelas mereka tinggal berlatih saja dengan menggunakan kasus-kasus yang telah disiapkan oleh Guru sebelumnya sekaligus diskusi mengenai informasi yang mereka belum pahami.

Komputasi. Pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam hal merumuskan masalah bukan hanya menyelesaikan atau menjawab masalah. Ketika mereka akan terjun ke dalam masyarakat, maka anak-anak didik kita akan menghadapi ketidak pastian dan hal ini juga sudah kita rasakan saat ini. Ketika banyak sekali bisnis retail menutup gerai mereka satu persatu maka ada asumsi bahwa bisnis retail masanya sudah habis digantikan dengan bisnis digital tetapi dalam kenyataannya perusahaan yang bergerak dalam bisnis digital juga melakukan PHK besar-besaran sehingga menimbulkan banyak sekali spekulasi dalam masyarakat.

Hal itu juga akan dihadapi oleh generasi pengganti kita, karena itu kita perlu mempersiapkan mereka untuk menghadapi ketidakpastian tersebut dan bagaimana mereka akan menghadapi ketidakpastian tersebut. Hal ini perlu dilatih sejak dini sehingga mereka tidak menjadi generasi galau ketika menghadapi ketidakpastian.

Otomatisasi. Pembelajaran yang mampu membina siswa berpikir kritis bukan mekanis. Berpikir mekanis sudah tidak sesuai lagi dengan abad 21 karena pola berpikir saat ini hanya cocok untuk dunia industri Abad 20 bukan abad 21. Peserta didik harus dilatih untuk berpikir kritis bukan hanya sekedar menerima informasi tanpa melakukan analisa mendalam karena hal tersebut yang mereka butuhkan di masa mereka.

Kita tidak butuh lagi generasi yang mudah sekali terprovokasi dengan berita hoaks tetapi kita butuh generasi yang mampu menganalisa informasi dan mengolahnya sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu kita butuh generasi yang otomatis mampu menemukan solusi ketika menghadapi masalah dengan pola pikir kreatif yang dimiliki bukan menghindari masalah atau mencari solusi instan dan tidak memikirkan dampak kedepannya.

Komunikasi. Pembelajaran yang mampu mengembangkan siswa dalam hal berkomunikasi dan berkolaborasi dalam berbagai permasalahan kontekstual yang dihadapinya. Komunikasi generasi saat ini tentunya berbeda dengan generasi sebelumnya bahkan komunikasi generasi saat ini cenderung lebih mengarah ke nonverbal melalui dunia maya yang sedang mereka gandrungi dan terkadang lupa bahwa sebenarnya komunikasi yang paling hebat dan yang paling efektif adalah komunikasi verbal.

Para pendidik dan lingkungan harus mengingatkan ini jika sebenarnya teknologi komunikasi hanya merupakan alat bantu, bukan segala-galanya. Pendidik harus memiliki strategi untuk membuat peserta didiknya mahir dalam berkomunikasi secara verbal karena terkadang seorang peserta didik sangat gugup ketika melakukan komunikasi secara verbal tetapi sangat lancar ketika berkomunikasi melalui dunia maya. Hal ini yang perlu kita waspadai, karena jika kita perhatikan pengusaha-pengusaha yang bergerak dalam dunia bisnis digital saat ini. 

Harus kita akui mereka memiliki kemampuan komunikasi verbal yang hebat dalam meyakinkan para investor untuk menanamkan uang yang bernilai besar ke dalam bisnis mereka dan itu pasti akan dibutuhkan oleh peserta didik kita dimasa mereka. Selain itu komunikasi juga penting untuk melakukan kolaborasi dalam dunia digital karena hampir semua bisnis di masa depan membutuhkan kolaborasi termasuk bisnis-bisnis digital yang ada saat ini. 

Dunia pendidikan saat ini memiliki tantangan yang sangat berat karena mereka harus merubah pola pikir calon-calon pemilik dunia yang akan datang dengan situasi yang penuh ketidakpastian karena itu dituntut Guru yang memiliki kreativitas yang luar biasa dalam melakukan hal tersebut yaitu Guru yang mampu melakukan proses pembelajaran Abad 21. Selamat Mendidik.

Poltak Efrisko Butar Butar

Add Comment