Pendidikan Dimulai dari Keluarga
Sejak dimulainya kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), banyak kendala dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini meskipun Pemerintah melalui Kemendikbud mengambil jalan ini demi menyelamatkan proses pembelajaran peserta didik di tengah situasi pandemi. Komentar-komentar pedas dari masyarakat maupun dari kalangan pendidik terhadap PJJ ini juga tidak kunjung surut.
Keluhan yang paling besar datang dari Orang Tua. Banyak media yang memuat hal ini yang pada akhirnya digunakan oleh beberapa kalangan untuk menyerang Pemerintah melalui Kemendikbud. Bahkan ada pihak-pihak yang meminta Mas Menteri untuk mundur.
Banyaknya masalah yang dihadapi bukanlah sesuatu hal yang mengherankan karena kegiatan seperti ini baru pertama kali dialami oleh sekolah, guru dan orang tua, sehingga ada ketidaksiapan dalam penerapannya meskipun metode PJJ sendiri bukanlah hal yang baru dalam pendidikan di Indonesia, karena PJJ sudah dijalankan sejak lahirnya Universitas Terbuka.
Infrastruktur internet yang belum merata disemua daerah juga menjadi salah satu faktor penghambat PJJ.
Pada artikel ini, penulis ingin menyoroti keluhan-keluhan orang tua yang dirasa tidak cukup pas disampaikan, seperti: guru hanya memberikan tugas, guru tidak mengajar PJJ, beban guru digeser ke orang tua padahal uang sekolah bayar terus, kenapa jadi orang tua ikut sekolah?, PJJ menambah biaya untuk pembelian kuota, orang tua tidak mau membantu tugas sekolah anak karena bukan tugas orang tua, dan masih banyak lainnya. Jika melihat hal-hal tersebut seolah orang tua mau lepas tangan.
Jangan lupa bahwa pendidikan itu sebenarnya dimulai dari keluarga. Anak dilahirkan ditengah keluarga, bukan ditengah sekolah, jadi tugas utama mendidik itu ada di tangan orang tua dan sekolah menjadi mitra orang tua dalam mendidik anak. Hadirnya sekolah melengkapi keterbatasan orang tua dalam mendidik karena tidak semua orang terdidik mampu untuk mendidik.
Jadi, secara tidak langsung kehadiran Covid-19 telah mengembalikan pendidikan kepada hakekatnya. Tidak elok jika orang tua mengeluh dan menyalahkan guru dan sekolah. Justru disaat seperti semua orang tua dan guru harus meningkatkan kerjasama dalam mendidik anak-anak.
Situasi ini juga harus menyadarkan orang tua dalam hal memberikan rasa hormat yang lebih mendalam kepada guru. Jika melihat pengalaman, tidak sedikit guru yang mengalami perlakukan kurang menyenangkan dari orang tua bahkan sampai ada yang sampai berlanjut pada hukum. Orang tua perlu menyadari, dalam sebuah keluarga orang tua hanya mendidik 2-3 anak, sedangkan guru di sekolah mendidik puluhan anak, tapi mereka lakukan dengan ikhlas dan tanpa keluhan.
Tantangan guru kini semakin berat karena harus memastikan siswa/i didik untuk tetap belajar dalam situasi seperti sekarang tanpa bisa melakukan kontrol secara langsung. Guru harus belajar bagaimana mengelola PJJ dengan segala keterbatasan.
Untuk itu sekali lagi penulis sampaikan agar PJJ berhasil perlu ada kerjasama maksimal dengan orang tua. Karena kini orang tua juga berperan besar dalam keberhasilan pendidikan. Tanpa ada kerjasama dari orang tua maka pendidikan anak-anak akan terbengkalai dan bahkan akan mengalami loss generation, seperti yang disampaikan oleh Mas Menteri.
Salam Merdeka Belajar.
Add Comment