Habis Kuota Terbitlah Smartphone
Sejak pandemi melanda negeri banyak sekali perhatian yang tertuju pada kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dibawah kepemimpinan seorang Menteri Milenial, khususnya mengenai Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dimana kebijakan tersebut dengan sangat terpaksa dan cepat diambil untuk menghindari paparan virus Covid 19 kepada peserta didik.
Dapat dipahami kebijakan ini banyak mendapatkan pro dan kontra mulai dari Pendidikan Dasar hingga Perguruan Tinggi, khususnya mengenai kuota yang diperlukan untuk melaksanakan program PJJ yang sangat besar. Disisi lain banyak orang tua yang pekerjaan dan usahanya terdampak pandemi sehingga penghasilan semakin berkurang. Hal ini tentu mempengaruhi kemampuan orang tua memenuhi kebutuhan kuota.
Kemendikbud menyadari hal itu, sehingga beberapa langkah telah dilakukan seperti melonggarkan penggunaan dana BOS untuk membeli kuota untuk belajar, ini seharusnya dapat mengurangi beban peserta didik untuk memenuhi kebutuhan kuota. Tetapi hal itu tidaklah cukup sehingga serangan demi serangan terus bermunculan hingga Kemendikbud mengeluarkan kebijakan untuk memberikan kuota gratis kepada peserta didik hingga mahasiswa selama 4 bulan dengan total anggaran 8,9 Triliun.
Program ini belumlah berjalan namun sudah menimbulkan banyak gejolak yang menurut penulis tidaklah tepat, misalkan ada sekelompok orang yang meminta jika diberikan kuota gratis maka harus dijamin koneksi harus bagus sampai ke pelosok padahal urusan koneksi tentunya bukan urusan Kemendikbud melainkan kementerian lain yang bertugas untuk mengurus hal tersebut.
Disamping itu ada juga yang mengeluhkan mengenai Smartphone yang tidak semua peserta didik dan Guru memiliki, dan meminta Kementerian Pendidikan untuk menyediakannya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dimana seolah-olah proses pembelajaran hanya dapat berjalan jika semua hal tersebut sudah disediakan oleh Kemendikbud.
Saudaraku sebangsa setanah air, jika pemerintah sudah mampu menyiapkan itu semua (smartphone, kuota gratis, dan infrastruktur yang bagus) penulis percaya pendidikan di Indonesia akan maju lebih cepat. Tetapi bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi jika sebagian besar SDMnya belum mampu menggunakan atau mengintegrasikan teknologi untuk melakukan proses pembelajaran dengan baik.
Gimana kuota tidak cepat habis jika dari jam 07.00 – 13.00 gurunya hanya ceramah lewat aplikasi Video Conference seperti waktu di dalam kelas, atau dengan kata lain tidak mampu untuk merubah pola pembelajaran yang selama ini diterapkan di kelas dirubah ke arah digital. Apapun itu tentunya kita harus maklumi karena ini merupakan hal yang baru dalam dunia pendidikan kita di tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sesungguhnya momen ini sudah sepantasnya bagi semua pihak untuk turut berperan dalam membantu dunia pendidikan, ini agar proses pembelajaran tidak terhenti. Di beberapa daerah sudah terlihat masyarakat berperan aktif membantu proses pembelajaran, misalkan: seperti didaerah yang susah sinyal, masyarakat membantu Guru dengan menggunakan radio untuk dapat berkomunikasi dengan peserta didik.
Ada juga Guru yang membentuk kelompok-kelompok kecil dimana Guru secara bergiliran mendatangi kelompok-kelompok kecil tersebut untuk memastikan peserta didiknya tetap belajar dan belajar. Dari hal tersebut yang perlu diingat adalah
“teknologi itu hanya alat bantu, proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik khususnya selama PJJ ini tergantung dari kreatifitas dari Guru dan Orang tua dalam mengelola proses pembelajaran jadi tidak semuanya tergantung pada teknologi.”
Satu hal yang penulis syukuri dari Covid 19 ini adalah akan membawa transformasi dunia pendidikan kita arah digital dengan lebih cepat.
Walaupun Guru melakukan integrasi teknologi berawal dari pandemi Covid 19 namun kedepannya integrasi teknologi tidak boleh berakhir dengan berakhirnya pandemi Covid 19, tetapi harus menjadi ujung tombak perubahan ke arah dunia pendidikan yang lebih baik.
Apapun kebijakan yang saat ini diambil oleh Pemerintah tentu harus didukung jika ada satu hal yang masih belum bisa terpenuhi seyogianya berikan kesempatan mereka untuk menyelesaikannya sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Sambil menunggu, kita bersama-sama bekerja keras membantu peserta didik untuk tetap belajar dan belajar.
Salam Merdeka Belajar.
Add Comment